Sabtu, 12 September 2015

CINTA SEJATI UNTUK SANG NABI




CINTA SEJATI UNTUK
SANG NABI صلى الله عليه وسلم
al-Allamah Syaikh Hasyim Asy'ari   رحمه الله*
Pendiri Pondok Pasentren 'Tebu Ireng' Jombang-Jatim




Publication 1436 H/ 2015 M

CINTA SEJATI UNTUK SANG NABI  صلى الله عليه وسلم
Disarikan dari buku beliau "an-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin ", dalam kumpulan karya beliau Irsyad as-Sari fi Jam'i Mushannafati Syaikh Hasyim Asy'ari yang telah dikoreksi oleh cucu beliau sendiri K.H. Ishomuddin Hadzik

Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 133 Ed.8 Th. ke-12_1434 H
Free, Non Komersil, Download > 900 ebook Islam kunjungi...
http://ibnumajjah.com/

   


WAJIBNYA BERIMAN KEPADA NABI

Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf setelah ia mengenal Allah عزّوجلّ dan mengimani-Nya adalah beriman kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan membenarkan apa yang beliau bawa dari sisi Allah عزّوجلّ. Beriman kepada beliau dan kepada seluruh utusan adalah salah satu rukun dari rukun iman yang enam, sebagaimana hal ini beliau jelaskan tatkala menjawab pertanyaan Malaikat Jibril dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Allah عزّوجلّ juga berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا . لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesar-kan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS al-Fath [48]: 8-9)

Dalam ayat lain Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا
Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menye-diakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang menyala-nyala. (QS al-Fath [48]: 13)
Dan  dari  Sahabat  Abu  Hurairah  رضي الله عنه  bahwa  Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah (sembahan) yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja, dan sampai mereka beriman kepadaku dan kepada apa yang aku bawa (syari'at). Bila mereka telah lakukan, maka terjagalah dariku darah-darah mereka dan hisabnya tergantung atas Allah." (Muttafaqun 'alaih)
Maka beriman kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah sebuah kewajiban yang tidaklah sempurna iman seseorang kecuali dengannya, dan tidaklah benar Islam seseorang melainkan bersamanya.
Beriman kepada Nabi صلى الله عليه وسلم adalah membenarkan kenabian dan kerasulan beliau, dan membenarkan semua apa yang beliau bawa dari Allah عزّوجلّ, membenarkan ucapan beliau, dan menyinkronkan antara keyakinan hati dan ikrar lisannya bahwa beliau adalah Rasulullah. Bila telah terkumpul antara pembenaran di dalam hati dan pengikraran di dalam lisan maka telah sempurna keimanan seseorang kepada beliau.
Dan telah datang penjelasan dalam hadits Jibril عليه السلام tatkala bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Kabarkan kepadaku tentang makna Islam." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak untuk diibadahi selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah...," lalu juga bertanya tentang iman, Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya," hingga akhir hadits.
Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menetapkan bahwa bahwa iman membutuhkan keyakinan di dalam hati dan Islam membutuhkan pengikraran di dalam lisan, maka sebuah persaksian lisan semata tanpa keyakinan di dalam hati adalah puncak dari kenifaqan, wal 'iyadzu billah.
WAJIBNYA TAAT KEPADA NABI

Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf untuk menaati Nabi صلى الله عليه وسلم, dan menaati beliau adalah kelaziman dari keimanan kepada beliau, dan kepada semua apa yang beliau bawa dari Allah عزّوجلّ, karena tidaklah beliau memerintahkan sesuatu tidak pula melarang sesuatu melainkan pasti dengan izin Allah. Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. (QS an-Nisa' [4]: 64)
Dan makna "menaati beliau" adalah melaksanakan perintah-perintah beliau dan menjauhi larangan-larangan beliau.
Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ
Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (QS an-Nur [24]: 54)
Allah عزّوجلّ berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. (QS an-Nur [24]: 63)
Dan  dari  Sahabat  Abu  Hurairah  رضي الله عنه  bahwa  Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Barangsiapa taat kepadaku berarti ia taat kepada Allah dan barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia bermaksiat kepada Allah, barangsiapa taat kepada amirku berarti ia taat kepadaku." (Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga bersabda, "Bila aku melarang dari sesuatu maka tinggalkanlah, dan bila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakan semampu kalian." (Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga bersabda, "Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan." Para sahabat bertanya, "Siapa gerangan mereka yang enggan masuk surga?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Siapa saja yang taat kepadaku berarti ia masuk surga dan siapa saja yang bermaksiat kepadaku dialah orang yang enggan masuk surga."
Maka Allah عزّوجلّ menjadikan ketaatan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai wujud ketaatan kepada-Nya, dan menggandengkan antara ketaatan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dengan ketaatan kepada-Nya, dan Allah عزّوجلّ memberikan janji bagi yang istiqamah di atasnya dengan besarnya pahala, serta Allah mengancam bagi yang menyelisihinya dengan balasan yang jelek, Allah عزّوجلّ telah mewajibkan untuk mengerjakan perintah Nabi صلى الله عليه وسلم dan menjauhi larangannya. Para imam mengatakan, "Menaati Rasul صلى الله عليه وسلم adalah dengan iltizam terhadap sunnah-sunnahnya serta tunduk terhadap setiap apa yang beliau bawa dari sisi Rabbnya.
Sungguh Allah عزّوجلّ telah mengisahkan keadaan orang-orang kafir tatkala mereka menyesali diri karena dahulu tidak menaati Allah dan rasul-Nya pada hari ketika wajah-wajah mereka dibolak-balikkan di dalam tingkatan-tingkatan neraka Jahannam seraya mengatakan, "Duh, seandainya dahulu tatkala di dunia kami menaati Allah عزّوجلّ dan rasul-Nya, maka mereka mengkhayalkan ketaatan tersebut padahal tidak ada gunanya lagi khayalan tersebut."



WAJIBNYA ITTIBA' KEPADA NABI

Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf untuk ittiba' (mengikuti) kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mencontoh/melaksanakan sunnahnya  menjadikan  suri teladan pada petunjuknya Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31)
Berkata   Muhammad   bin   Ali   at-Tirmidzi, "Meneladani Rasul صلى الله عليه وسلم artinya meneladani sunnah-sunnah beliau dan tidak menyelisihi beliau baik dalam ucapan maupun perbuatan."
Dan dari Hasan al-Bashri bahwa ia berkata, bahwa suatu kaum mengatakan, "Kami mencintai Allah, lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat-Nya sebagai ujian bagi mereka. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku..."
Dan diriwayatkan bahwa ayat di atas adalah turun kepada Ka'ab bin al-Asyraf dan para sahabatnya, tatkala mengatakan, "Kami adalah anak-anak laki-lakinya Allah عزّوجلّ dan kecintaan-Nya, dan kami sangat mencintai Allah عزّوجلّ, lalu Allah menurunkan ayat di atas sebagai bantahan atas ucapan tersebut.
Disebutkan dalam hadits dari Irbadh bin Sariyah رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan sebuah wasiat agung, "Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya para Khulafaur Rasyidin, gigitlah sunnah itu dengan gigi gerahammu, dan jauhi perkara baru dalam agama karena setiap perkara baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat."
Berkata Sahl at-Tustari, "Landasan pokok madzhab kami ada tiga, mencontoh nabi didalam akhlak dan perbuatannya, memakan dari yang halal, dan mengikhlaskan niat di seluruh amalan.


WAJIBNYA MENCINTAI NABI

Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf untuk mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)
Maka cukuplah dengan ancaman yang keras ini sebagai dorongan, peringatan, petunjuk dan hujjah atas wajibnya mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia cintai dari anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia."
Dan dari Sahabat Anas رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Ada tiga perkara, yang apabila seseorang melakukannya maka ia akan mendapat manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan bila seseorang mencintai saudaranya tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah dan bila seorang benci untuk kembali kufur sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api."
Dan dari Sahabat Umar bin Khaththab رضي الله عنه, dia berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Sungguh engkau lebih saya cintai dari segala sesuatu selain diri saya." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan, "Bahkan tidaklah beriman seseorang sehingga aku lebih ia cintai meskipun daripada dirinya sendiri." Lalu Umar رضي الله عنه mengatakan, "Dan demi Dzat yang telah menurunkan kepada engkau al-Kitab, sungguh (sekarang) engkau lebih saya cintai ketimbang diri saya sendiri." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Sekarang baru kau benar, wahai Umar."



KABAR GEMBIRA BAGI PARA PENCINTA NABI

Diriwayatkan dari Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, kapankah tegaknya hari Kiamat?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Apa yang telah engkau persiapkan untuk bertemu dengan hari Kiamat?" Dia menjawab, "(Sebenarnya) saya tidak banyak memiliki persiapan dari banyaknya mengerjakan shalat, atau puasa, tidak pula bersedekah, namun hanyalah saya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Engkau kelak akan bersama dengan orang yang engkau cintai." Laki-laki yang diceritakan dalam hadits ini, ada yang mengatakan bahwa dia adalah Umar bin Khaththab رضي الله عنه, ada yang mengatakan ia adalah Abu Musa al-Asy'ari, atau Abu Dzar, dan ada yang mengatakan selainnya.
Dan diriwayatkan dari Shafwan bin Qudamah رضي الله عنه, ia berkata, "Aku telah berhijrah bersama Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu aku mendatangi beliau dan aku katakan, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai engkau.' Maka Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, 'Seseorang itu (kelak) akan bersama dengan orang yang ia cintai.'"
Dan diriwayatkan bahwa ada seorang yang datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu mengatakan, "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih saya cintai melebihi cinta saya kepada harta dan keluarga saya, dan tidaklah tatkala saya menyebut diri engkau saya akan bersabar hingga bertemu denganmu, namun saya mengetahui bahwa kelak engkau akan masuk surga bersama dengan para nabi yang lain, dan saya (mungkin) tidak akan melihat engkau." Lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS an-Nisa' [4]: 69)
Maka seorang yang memiliki sedikit kebaikan namun ia cinta dengan kebaikan, dia adalah orang shalih yang paling sempurna, dan kelak ia akan dibangkitkan bersama dengan orang-orang shalih lainnya, dengan izin Allah عزّوجلّ.


TANDA-TANDA CINTA KEPADA NABI

Seorang yang menyatakan cinta Nabi صلى الله عليه وسلم akan memiliki beberapa tanda. Bila padanya terdapat tanda-tanda tersebut, berarti pengakuan cintanya benar, tetapi bila tidak maka berarti cintanya palsu hanya sekadar pengakuan belaka.
§   Di   antara   tanda-tanda   kecintaan   seseorang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم adalah dia akan ber-qudwah (mencontoh) kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, melaksanakan sunnah-sunah beliau, mengikuti ucapan dan perbuatan beliau, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan beliau, bertatakrama dengan adab-adab Nabi صلى الله عليه وسلم, baik dalam keadaan senang maupun susah, keadaan lapang maupun sempit, karena Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31)
Dan seorang yang cinta kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, ia akan lebih mendahulukan apa yang beliau syari'atkan daripada mengikuti hawa nafsunya.
Barangsiapa bersifat dengan sifat-sifat tersebut maka telah sempurna kecintaannya kepada Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya. Barangsiapa menye-lisihi sebagian perkara tersebut maka berarti berkurang rasa cintanya kepada Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya meski belum keluar dari hakikat cinta itu sendiri. Dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada seorang yang dijatuhkan padanya hukuman karena minum khamar, maka ada sebagian para sahabat yang melaknat dirinya seraya beralasan, "Sering sekali orang ini didatangkan (untuk dihukum) gara-gara ia minum khamar." Namun, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan, "Jangan kalian laknat ia karena ia adalah seorang yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."
§   Dan di antara tanda kecintaan adalah seorang akan sering menyebut nama orang yang ia cintai. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Barangsiapa mencintai sesuatu maka ia akan sering menyebutnya." Demikian juga, dia akan rindu untuk bertemu dengannya karena setiap yang mencintai sesuatu pasti ia akan merindukan untuk bertemu dengan yang ia cintai.
§   Dan di antara tanda cinta seorang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم adalah selain ia akan banyak menyebut Nabi صلى الله عليه وسلم, ia juga akan mengagungkan Nabi صلى الله عليه وسلم, dan memuliakan diri beliau, akan tampak kekhusyukan pada dirinya dan tawadhu' tatkala mendengar nama Nabi صلى الله عليه وسلم disebut. Berkata Syaikh Abu Ibrahim Ishaq at-Tujaibi, "Para sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم tidaklah mereka menyebut nama Nabi صلى الله عليه وسلم sepeninggal beliau melainkan mereka akan khusyuk dan akan bergetar jasad mereka, dan mereka pun akan menangis. Demikian pula banyak dari kalangan para tabi'in yang dapat merasakan hal itu karena kerinduannya untuk bertemu Nabi صلى الله عليه وسلم, atau karena memuliakan dan mengagungkan Nabi صلى الله عليه وسلم."
§   Di antara tandanya juga, ia akan mencintai seseorang yang dicintai oleh Nabi صلى الله عليه وسلم baik dari keluarga beliau, para sahabatnya, orang-orang Muhajirin dan Anshar, dan membenci orang-orang yang benci dan memusuhi Nabi صلى الله عليه وسلم, karena seorang yang cinta kepada seseorang maka ia akan berusaha mencintai sesuatu yang disenangi oleh kekasihnya dan akan membenci apa yang dibenci oleh kekasihnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah berkata tentang al-Hasan dan Husain, "Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya." Beliau juga nengatakan, "Barangsiapa mencintai keduanya maka dia mencintaiku dan barang-sipa mencintaiku berarti ia mencintai Allah? dan barangsiapa membenci keduanya, berarti ia membenciku dan barangsiapa membenciku berarti ia benci kepada Allah."
Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan tentang Fatimah رضي الله عنها, "Bahwa ia (Fatimah رضي الله عنها) adalah bagian dari diriku, membuatku murka apa yang membuat-nya murka."
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Tanda keimanan adalah mencintai orang-orang Anshar dan tanda kenifaqan adalah membenci mereka."
Dan dari Jabir secara marfu', beliau berkata, "Mencintai Abu Bakar dan Umar termasuk keimanan, dan membenci keduanya adalah kekufuran. Barangsiapa mencela sahabatku maka atasnya laknat Allah, barangsiapa menjaga para sahabatku karenaku maka aku akan menjaganya pada hari Kiamat."
Dan hadits-hadits yang semisal dengan ini sangatlah banyak. Secara umum, wajib bagi setiap mukallaf untuk mencintai  ahli  bait  Nabi  صلى الله عليه وسلم  dan  seluruh  para  sahabat صلى الله عليه وسلم baik keturunan Arab maupun non-Arab, dan janganlah menjadi seperti orang Khawarij yang membenci ahli bait, maka tidak ada manfaatnya bagi mereka mencintai para sahabat,[1] dan juga jangan menjadi orang-orang Rafidhah [Syiah] dalam membenci para sahabat رضي الله عنهم sehingga tidak bermanfaat bagi mereka mencintai ahli bait Nabi صلى الله عليه وسلم. [2]
§   Dan di antara tanda cinta Nabi صلى الله عليه وسلم adalah membenci orang yang benci kepada Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya, dan memusuhi orang yang memusuhi Nabi صلى الله عليه وسلم, dan menjauhi orang yang menyelisihi sunnah-sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (QS al-Mujadilah [58]: 22)
§   Dan di antara tanda cinta Nabi صلى الله عليه وسلم adalah mencintai al-Qur'an yang ia adalah sebagai petunjuk bagi manusia, mempraktikkan, dan berakhlak dengannya, sampai Aisyah رضي الله عنها mengatakan, "Bahwa akhlak Nabi صلى الله عليه وسلم adalah al-Qur'an." Kecintaan terhadap al-Qur'an adalah dengan membacanya, memahami maknanya, dan mengamalkan.
§   Dan di antara tanda cinta Nabi صلى الله عليه وسلم adalah merasa belas kasihan terhadap umatnya, menasihati mereka, dan berusaha untuk memberikan kebaikan kepada mereka seluruhnya dan menghilangkan kemudaratan atas mereka, sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah orang yang sangat berkasih sayang dan belas kasihan terhadap umatnya. Allah عزّوجلّ berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS at-Taubah [9]: 128)
Wallahu A'lam.[]


[1]     Khawarij tidak mencinatai para sahabat, bahkan generasi awal mereka membunuh sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Ali رضي الله عنه memerangi mereka dan berhasil membunuh sebagian besar mereka.  Lalu salah seorang dari mereka berhasil membunuh Ali رضي الله عنه ketika akan menunaikan shalat subuh,  dan yang lainnya gagal untuk membunuh Muawiyah رضي الله عنه. Ibnu Majjah
[2]     Pernyataan cinta Rafidhah terhadap ahlul bait adalah palsu, mereka mengeluarkan tiga putri Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari ahlul bait yakni Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum; mengeluarkan para Istri Rasulullah dari ahlul bait, bahkan menuduh Ibunda Aisyah رضي الله عنها adalah pezina. Ibnu Majjah

SUMBER https://ibnumajjah.wordpress.com/2015/07/01/cinta-sejati-untuk-sang-nabi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar