CINTA SEJATI UNTUK
SANG NABI صلى الله عليه وسلم
al-Allamah
Syaikh Hasyim Asy'ari
رحمه
الله*
Pendiri Pondok Pasentren 'Tebu Ireng' Jombang-Jatim
Pendiri Pondok Pasentren 'Tebu Ireng' Jombang-Jatim
Publication 1436 H/ 2015 M
CINTA SEJATI UNTUK SANG NABI صلى الله عليه وسلم
CINTA SEJATI UNTUK SANG NABI صلى الله عليه وسلم
* Disarikan dari buku beliau
"an-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin ", dalam
kumpulan karya beliau Irsyad as-Sari fi Jam'i Mushannafati Syaikh Hasyim
Asy'ari yang telah dikoreksi oleh cucu beliau sendiri K.H. Ishomuddin
Hadzik
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 133 Ed.8 Th. ke-12_1434 H
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 133 Ed.8 Th. ke-12_1434 H
Free,
Non Komersil, Download > 900 ebook Islam kunjungi...
http://ibnumajjah.com/
http://ibnumajjah.com/
WAJIBNYA BERIMAN KEPADA NABI
Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf setelah ia
mengenal Allah عزّوجلّ dan mengimani-Nya adalah beriman
kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan membenarkan apa yang beliau
bawa dari sisi Allah عزّوجلّ. Beriman kepada beliau dan kepada seluruh utusan adalah
salah satu rukun dari rukun iman yang enam, sebagaimana hal ini beliau jelaskan
tatkala menjawab pertanyaan Malaikat Jibril dalam sebuah hadits yang panjang
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Allah
عزّوجلّ juga
berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا . لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesar-kan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu
pagi dan petang. (QS al-Fath [48]: 8-9)
Dalam
ayat lain Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا
Dan
barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya
Kami menye-diakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang menyala-nyala. (QS
al-Fath [48]: 13)
Dan
dari
Sahabat
Abu
Hurairah رضي الله عنه bahwa
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak
ada ilah (sembahan) yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja, dan
sampai mereka beriman kepadaku dan kepada apa yang aku bawa
(syari'at). Bila mereka telah lakukan, maka terjagalah dariku darah-darah mereka
dan hisabnya tergantung atas Allah." (Muttafaqun 'alaih)
Maka
beriman kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah sebuah
kewajiban yang tidaklah sempurna iman seseorang kecuali dengannya, dan tidaklah
benar Islam seseorang melainkan bersamanya.
Beriman
kepada Nabi صلى الله عليه وسلم adalah
membenarkan kenabian dan kerasulan beliau, dan membenarkan semua apa yang
beliau bawa dari Allah عزّوجلّ, membenarkan
ucapan beliau, dan menyinkronkan antara keyakinan hati dan ikrar lisannya bahwa
beliau adalah Rasulullah. Bila telah terkumpul antara pembenaran di dalam hati
dan pengikraran di dalam lisan maka telah sempurna keimanan seseorang kepada
beliau.
Dan
telah datang penjelasan dalam hadits Jibril عليه السلام tatkala bertanya
kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Kabarkan
kepadaku tentang makna Islam." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sembahan
yang berhak untuk diibadahi selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan
Allah...," lalu juga bertanya tentang iman, Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Iman adalah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya," hingga akhir hadits.
Dan
Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah
menetapkan bahwa bahwa iman membutuhkan keyakinan di dalam hati dan Islam
membutuhkan pengikraran di dalam lisan, maka sebuah persaksian lisan semata
tanpa keyakinan di dalam hati adalah puncak dari kenifaqan, wal 'iyadzu
billah.
WAJIBNYA
TAAT KEPADA NABI
Wajib
hukumnya bagi setiap mukallaf untuk menaati Nabi صلى الله عليه وسلم, dan menaati beliau adalah kelaziman dari keimanan kepada
beliau, dan kepada semua apa yang beliau bawa dari Allah عزّوجلّ, karena tidaklah beliau memerintahkan sesuatu tidak pula
melarang sesuatu melainkan pasti dengan izin Allah. Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
رَسُولٍ إِلا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan
Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin
Allah. (QS an-Nisa' [4]: 64)
Dan
makna "menaati beliau" adalah melaksanakan perintah-perintah beliau
dan menjauhi larangan-larangan beliau.
Allah
عزّوجلّ berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ
مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ
الْمُبِينُ
Katakanlah:
"Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain
kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."
(QS an-Nur [24]: 54)
Allah
عزّوجلّ berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa adzab yang pedih. (QS an-Nur [24]: 63)
Dan
dari
Sahabat
Abu
Hurairah رضي الله عنه bahwa
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Barangsiapa taat kepadaku berarti ia taat kepada Allah dan barangsiapa
bermaksiat kepadaku berarti ia bermaksiat kepada Allah, barangsiapa taat kepada
amirku berarti ia taat kepadaku." (Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم juga bersabda,
"Bila aku melarang dari sesuatu maka tinggalkanlah, dan bila aku
memerintahkan sesuatu maka kerjakan semampu kalian." (Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم juga bersabda,
"Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan." Para
sahabat bertanya, "Siapa gerangan mereka yang enggan masuk surga?"
Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab,
"Siapa saja yang taat kepadaku berarti ia masuk surga dan siapa saja yang
bermaksiat kepadaku dialah orang yang enggan masuk surga."
Maka
Allah عزّوجلّ menjadikan
ketaatan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai wujud
ketaatan kepada-Nya, dan menggandengkan antara ketaatan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dengan ketaatan kepada-Nya, dan Allah عزّوجلّ memberikan janji bagi yang istiqamah di atasnya dengan besarnya
pahala, serta Allah mengancam bagi yang menyelisihinya dengan balasan yang
jelek, Allah عزّوجلّ telah
mewajibkan untuk mengerjakan perintah Nabi صلى الله عليه وسلم dan menjauhi larangannya. Para imam mengatakan, "Menaati
Rasul صلى الله عليه وسلم adalah dengan iltizam
terhadap sunnah-sunnahnya serta tunduk terhadap setiap apa yang beliau bawa
dari sisi Rabbnya.
Sungguh
Allah عزّوجلّ telah
mengisahkan keadaan orang-orang kafir tatkala mereka menyesali diri karena
dahulu tidak menaati Allah dan rasul-Nya pada hari ketika wajah-wajah mereka
dibolak-balikkan di dalam tingkatan-tingkatan neraka Jahannam seraya
mengatakan, "Duh, seandainya dahulu tatkala di dunia kami menaati Allah عزّوجلّ dan rasul-Nya, maka mereka mengkhayalkan ketaatan tersebut
padahal tidak ada gunanya lagi khayalan tersebut."
WAJIBNYA
ITTIBA' KEPADA NABI
Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf untuk ittiba'
(mengikuti) kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mencontoh/melaksanakan sunnahnya menjadikan
suri teladan pada petunjuknya Nabi صلى الله عليه وسلم.
Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31)
Berkata Muhammad
bin Ali at-Tirmidzi, "Meneladani
Rasul صلى الله عليه وسلم artinya
meneladani sunnah-sunnah beliau dan tidak menyelisihi beliau baik dalam ucapan
maupun perbuatan."
Dan
dari Hasan al-Bashri bahwa ia berkata,
bahwa suatu kaum mengatakan, "Kami mencintai Allah, lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat-Nya sebagai ujian bagi mereka. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
Katakanlah:
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku..."
Dan
diriwayatkan bahwa ayat di atas adalah turun kepada Ka'ab bin al-Asyraf dan
para sahabatnya, tatkala mengatakan, "Kami adalah anak-anak laki-lakinya
Allah عزّوجلّ dan
kecintaan-Nya, dan kami sangat mencintai Allah عزّوجلّ, lalu Allah menurunkan ayat di atas sebagai bantahan atas
ucapan tersebut.
Disebutkan
dalam hadits dari Irbadh bin Sariyah رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan
sebuah wasiat agung, "Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku
dan sunnahnya para Khulafaur Rasyidin, gigitlah sunnah itu dengan gigi gerahammu,
dan jauhi perkara baru dalam agama karena setiap perkara baru adalah bid'ah dan
setiap bid'ah adalah sesat."
Berkata
Sahl at-Tustari, "Landasan pokok madzhab kami ada tiga, mencontoh nabi
didalam akhlak dan perbuatannya, memakan dari yang halal, dan mengikhlaskan
niat di seluruh amalan.
WAJIBNYA
MENCINTAI NABI
Wajib
hukumnya bagi setiap mukallaf untuk mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ
وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا
وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ
اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ
بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah:
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)
Maka
cukuplah dengan ancaman yang keras ini sebagai dorongan, peringatan, petunjuk
dan hujjah atas wajibnya mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم.
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia
cintai dari anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia."
Dan
dari Sahabat Anas رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Ada tiga perkara, yang apabila seseorang
melakukannya maka ia akan mendapat manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan
Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan bila seseorang mencintai
saudaranya tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah dan bila seorang benci
untuk kembali kufur sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api."
Dan
dari Sahabat Umar bin Khaththab رضي الله عنه, dia berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Sungguh engkau lebih saya cintai dari segala sesuatu
selain diri saya." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan, "Bahkan tidaklah beriman seseorang sehingga
aku lebih ia cintai meskipun daripada dirinya sendiri." Lalu Umar رضي الله عنه mengatakan, "Dan demi Dzat yang telah menurunkan kepada
engkau al-Kitab, sungguh (sekarang) engkau lebih saya cintai ketimbang diri
saya sendiri." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab,
"Sekarang baru kau benar, wahai Umar."
KABAR
GEMBIRA BAGI PARA PENCINTA NABI
Diriwayatkan dari Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه, bahwa ada
seorang laki-laki datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم
lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, kapankah tegaknya hari Kiamat?" Nabi
صلى الله عليه وسلم menjawab, "Apa yang telah
engkau persiapkan untuk bertemu dengan hari Kiamat?" Dia menjawab,
"(Sebenarnya) saya tidak banyak memiliki persiapan dari banyaknya
mengerjakan shalat, atau puasa, tidak pula bersedekah, namun hanyalah saya
mencintai Allah dan Rasul-Nya." Lalu
Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab,
"Engkau kelak akan bersama dengan orang yang engkau cintai."
Laki-laki yang diceritakan dalam hadits ini, ada yang mengatakan bahwa dia
adalah Umar bin Khaththab رضي الله عنه, ada yang
mengatakan ia adalah Abu Musa al-Asy'ari, atau Abu Dzar, dan ada yang
mengatakan selainnya.
Dan
diriwayatkan dari Shafwan bin Qudamah رضي الله عنه, ia berkata, "Aku telah
berhijrah bersama Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu aku
mendatangi beliau dan aku katakan, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya
mencintai engkau.' Maka Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab,
'Seseorang itu (kelak) akan bersama dengan orang yang ia cintai.'"
Dan
diriwayatkan bahwa ada seorang yang datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu mengatakan, "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih
saya cintai melebihi cinta saya kepada harta dan keluarga saya, dan tidaklah
tatkala saya menyebut diri engkau saya akan bersabar hingga bertemu denganmu,
namun saya mengetahui bahwa kelak engkau akan masuk surga bersama dengan para
nabi yang lain, dan saya (mungkin) tidak akan melihat engkau." Lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ
وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang menaati
Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. (QS an-Nisa' [4]: 69)
Maka
seorang yang memiliki sedikit kebaikan namun ia cinta dengan kebaikan, dia
adalah orang shalih yang paling sempurna, dan kelak ia akan dibangkitkan
bersama dengan orang-orang shalih lainnya, dengan izin Allah عزّوجلّ.
TANDA-TANDA
CINTA KEPADA NABI
Seorang
yang menyatakan cinta Nabi صلى الله عليه وسلم akan memiliki
beberapa tanda. Bila padanya terdapat tanda-tanda tersebut, berarti pengakuan
cintanya benar, tetapi bila tidak maka berarti cintanya palsu hanya sekadar
pengakuan belaka.
§
Di antara
tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم
adalah dia akan ber-qudwah (mencontoh) kepada Nabi صلى الله عليه وسلم,
melaksanakan sunnah-sunah beliau, mengikuti ucapan dan perbuatan beliau,
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan beliau, bertatakrama dengan
adab-adab Nabi صلى الله عليه وسلم, baik dalam keadaan senang maupun
susah, keadaan lapang maupun sempit, karena Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31)
Dan
seorang yang cinta kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, ia akan lebih
mendahulukan apa yang beliau syari'atkan daripada mengikuti hawa nafsunya.
Barangsiapa
bersifat dengan sifat-sifat tersebut maka telah sempurna kecintaannya kepada
Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya.
Barangsiapa menye-lisihi sebagian perkara tersebut maka berarti berkurang rasa
cintanya kepada Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya
meski belum keluar dari hakikat cinta itu sendiri. Dalilnya adalah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada seorang yang dijatuhkan padanya hukuman karena minum
khamar, maka ada sebagian para sahabat yang melaknat dirinya seraya beralasan,
"Sering sekali orang ini didatangkan (untuk dihukum) gara-gara ia minum
khamar." Namun, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan, "Jangan kalian laknat ia karena ia adalah
seorang yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."
§ Dan di antara tanda kecintaan adalah
seorang akan sering menyebut nama orang yang ia cintai. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Barangsiapa mencintai sesuatu maka ia akan
sering menyebutnya." Demikian juga, dia akan rindu untuk bertemu dengannya
karena setiap yang mencintai sesuatu pasti ia akan merindukan untuk bertemu
dengan yang ia cintai.
§
Dan di antara
tanda cinta seorang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم
adalah selain ia akan banyak menyebut Nabi صلى الله عليه وسلم,
ia juga akan mengagungkan Nabi صلى الله عليه وسلم,
dan memuliakan diri beliau, akan tampak kekhusyukan pada dirinya dan tawadhu'
tatkala mendengar nama Nabi صلى الله عليه وسلم disebut. Berkata Syaikh Abu Ibrahim
Ishaq at-Tujaibi, "Para sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم
tidaklah mereka menyebut nama Nabi صلى الله عليه وسلم
sepeninggal beliau melainkan mereka akan khusyuk dan akan bergetar jasad mereka,
dan mereka pun akan menangis. Demikian pula banyak dari kalangan para tabi'in
yang dapat merasakan hal itu karena kerinduannya untuk bertemu Nabi صلى الله عليه وسلم,
atau karena memuliakan dan mengagungkan Nabi صلى الله عليه وسلم."
§
Di antara
tandanya juga, ia akan mencintai seseorang yang dicintai oleh Nabi صلى الله عليه وسلم
baik dari keluarga beliau, para sahabatnya, orang-orang Muhajirin dan Anshar,
dan membenci orang-orang yang benci dan memusuhi Nabi صلى الله عليه وسلم,
karena seorang yang cinta kepada seseorang maka ia akan berusaha mencintai
sesuatu yang disenangi oleh kekasihnya dan akan membenci apa yang dibenci oleh
kekasihnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم
pernah berkata tentang al-Hasan dan Husain, "Ya Allah, sesungguhnya aku
mencintai keduanya, maka cintailah keduanya." Beliau juga nengatakan,
"Barangsiapa mencintai keduanya maka dia mencintaiku dan barang-sipa
mencintaiku berarti ia mencintai Allah? dan barangsiapa membenci keduanya,
berarti ia membenciku dan barangsiapa membenciku berarti ia benci kepada Allah."
Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan tentang Fatimah رضي الله عنها, "Bahwa
ia (Fatimah رضي الله عنها) adalah bagian dari diriku,
membuatku murka apa yang membuat-nya murka."
Rasulullah صلى الله عليه وسلم
bersabda, "Tanda keimanan adalah mencintai orang-orang Anshar dan tanda
kenifaqan adalah membenci mereka."
Dan
dari Jabir secara marfu', beliau berkata, "Mencintai Abu Bakar dan Umar
termasuk keimanan, dan membenci keduanya adalah kekufuran. Barangsiapa mencela
sahabatku maka atasnya laknat Allah, barangsiapa menjaga para sahabatku
karenaku maka aku akan menjaganya pada hari Kiamat."
Dan
hadits-hadits
yang semisal
dengan ini sangatlah banyak. Secara umum, wajib bagi setiap mukallaf untuk
mencintai ahli
bait
Nabi صلى الله عليه وسلم dan
seluruh
para
sahabat
صلى الله عليه وسلم baik keturunan
Arab maupun non-Arab, dan janganlah menjadi seperti orang Khawarij yang
membenci ahli bait, maka tidak ada manfaatnya bagi mereka mencintai para
sahabat,[1] dan juga
jangan menjadi orang-orang Rafidhah [Syiah] dalam membenci para sahabat رضي الله عنهم sehingga tidak bermanfaat bagi mereka mencintai ahli bait Nabi صلى الله عليه وسلم. [2]
§ Dan di antara tanda cinta Nabi صلى الله عليه وسلم adalah membenci orang yang benci kepada Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya, dan memusuhi orang yang memusuhi Nabi صلى الله عليه وسلم, dan menjauhi orang yang menyelisihi sunnah-sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ
كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ
كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu
tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara,
ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan
keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan
mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan
Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang
beruntung. (QS al-Mujadilah [58]: 22)
§ Dan di antara tanda cinta Nabi صلى الله عليه وسلم adalah mencintai al-Qur'an yang ia adalah sebagai petunjuk bagi
manusia, mempraktikkan, dan berakhlak dengannya, sampai Aisyah رضي الله عنها mengatakan,
"Bahwa akhlak Nabi صلى الله عليه وسلم adalah
al-Qur'an." Kecintaan terhadap al-Qur'an adalah dengan membacanya,
memahami maknanya, dan mengamalkan.
§ Dan di antara tanda cinta Nabi صلى الله عليه وسلم adalah merasa belas kasihan terhadap umatnya, menasihati
mereka, dan berusaha untuk memberikan kebaikan kepada mereka seluruhnya dan
menghilangkan kemudaratan atas mereka, sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah orang yang sangat berkasih sayang dan belas kasihan
terhadap umatnya. Allah عزّوجلّ berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS at-Taubah [9]:
128)
Wallahu
A'lam.[]
[1]
Khawarij
tidak mencinatai para sahabat, bahkan generasi awal mereka membunuh sahabat
Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Ali رضي الله عنه
memerangi mereka dan berhasil membunuh sebagian besar mereka. Lalu salah seorang dari mereka berhasil
membunuh Ali رضي الله عنه ketika akan menunaikan shalat subuh, dan yang lainnya gagal untuk membunuh Muawiyah
رضي الله عنه. Ibnu Majjah
[2] Pernyataan
cinta Rafidhah terhadap ahlul bait adalah palsu, mereka mengeluarkan tiga putri
Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari ahlul bait yakni Zainab, Ruqayyah,
dan Ummu Kultsum; mengeluarkan para Istri Rasulullah dari ahlul bait, bahkan
menuduh Ibunda Aisyah رضي الله عنها adalah pezina. Ibnu Majjah
SUMBER https://ibnumajjah.wordpress.com/2015/07/01/cinta-sejati-untuk-sang-nabi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar