Tafsir Surat al-Kafirun
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Abu Umamah Arif
Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
sumber : http://islamhouse.com/id/articles/601898/
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Pada
intinya Allah azza wa jalla menurunkan kitab suci -Nya adalah supaya dipahami makna serta diamalkan isi
kandungannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ
أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤
﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak
memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?". (QS Muhammad: 24).
Dan diantara sekian banyak
surat-surat pendek yang sering kali kita dengar dan sangat butuh untuk kita
pahami maknanya dan diketahui
hukum serta pelajaran yang terkandung didalamnya ialah surat al-Kafirun. Yaitu
firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ
١ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٣ وَلَآ
أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥ لَكُمۡ
دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦﴾ [
الكافرون: 1-6]
"Katakanlah: "Hai
orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku". (QS al-Kafiruun: 1-6).
Keutamaan
surat:
Surat
ini termasuk surat agung yang terdapat didalam al-Qur'an, dimana telah datang
begitu banyak penjelasan akan keutamaan serta kedudukannya. Disebutkan bahwa
surat ini kedudukannya bagaikan seperempat al-Qur'an. Diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi dalam sunannya dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata,
"Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ومن
قرأ (قل يا أيها الكافرون) عدلت له بربع القرآن ومن قرأ (قل هو الله أحد) عدلت له بثلث القرآن»
[أخرجه الترمذي]
"Barangsiapa yang membaca: قُلۡ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ, sepadan baginya dengan membaca seperempat
al-Qur'an. Dan bagi siapa yang membaca: قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ
أَحَدٌ, maka sepadan baginya dengan membaca
sepertiga al-Qur'an". HR at-Tirmidzi no: 293. Dinilai shahih oleh al-Albani
dalam shahih sunan at-Tirmidzi 3/6 no: 2317.
Dan Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam beliau seringkali memperbanyak
membaca surat ini. seperti apa yang dijelaskan oleh sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca
dengan surat ini: قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ, dan membaca: قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَد , pada sholat dua raka'at setelah
thowaf". HR Muslim no: 1218. Dalam shahih Muslim dibawakan sebuah hadits
dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca dua surat tadi pada dua
raka'at (sebelum) shubuh". HR Muslim no: 726.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata:
"Aku pernah memperhatikan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dua puluh empat kali atau dua puluh
lima kali, beliau selalu membaca pada dua raka'at sebelum shubuh dan seusai
maghrib, surat: قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ , dan surta: قُلۡ
هُوَ ٱللَّهُ أَحَد ". HR
Ahmad 9/509-510 no: 5699. Diantara moment yang dianjurkan untuk membaca surat
ini adalah ketika ingin tidur, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Farwah bin Naufal dari Ayahnya radhiyallahu
'anhu, beliau berkata: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepadanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اقْرَأْ
عِنْدَ مَنَامِكَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) قَالَ ثُمَّ نَمْ عَلَى
خَاتِمَتِهَا فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنْ الشِّرْكِ » [أخرجه أحمد]
"Bacalah
ketika engkau hendak tidur: قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ , beliau melanjutkan: "Kemudian tidurlah setelah engkau selesai
membacanya. Sesungguhnya surat tersebut sebagai pelepas dari kesyirikan". HR
Ahmad 39/224 no: 23807. Dihasankan oleh al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Nata'ijil
Afkaar 3/61-62.
Salah satu keutamaan dari surat ini adalah Rasulallah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam biasa meruqyah dirinya
dengan membaca surat ini. seperti dijelaskan oleh at-Thabarani didalam
Mu'jamu Shaghir dari haditsnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, beliau
berkata: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَعَنَ
اللهُ الْعَقْرَبَ لا تَدَعُ مُصَلِّيًا وَلاَ غَيْرَهُ ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ وَمِلْحٍ وَجَعَلَ
يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيَقْرَأُ بِ ( قُلْ يَأَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ ( قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ) » [أخرجه الطبراني
في معجم الصغير]
"Semoga
Allah melaknat kalajengking yang tidak membiarakan seseorang mengerjkan sholat
tidak pula yang lainnya". Kemudian beliau meminta diambilkan air dan
garam, lalu beliau mengusapkan pada bekas sengatannya sambil membaca: قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا
ٱلۡكَٰفِرُونَ . dan: قُلۡ
أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ . dan: قُلۡ
أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ". HR ath-Thabarani dalam
Mu'jamu Shaghir hal: 117. dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah
2/80 no: 548.
Tafsir
rinci:
Allah Shubhanahu wa ta’alla
menjelaskan dalam ayat -Nya yang pertama dengan firman -Nya:
﴿ قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ
١ ﴾ [ الكافرون: 1]
"Katakanlah: "Hai
orang-orang kafir". (QS
al-Kafiruun: 1).
Panggilan
ini mencakup bagi seluruh orang kafir yang ada dimuka bumi. Namun, pembicaraan
yang ada dalam ayat ini ditujukan kepada kafir Quraisy.
Sebab
turunnya ayat:
Sahabat
Ibnu Abbas menjelaskan, "Sesungguhnya kafir Quraisy mereka menjanjikan
kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam akan memberi harta kekayaan yang banyak. Dan di daulat menjadi orang
terkaya dikota Makah, lalu mereka akan menikahkan dengan wanita mana saja yang
dikehendaki, namun dibalik itu semua mereka ada maunya. Mereka
mengatakan, "Semua ini adalah persembahan dari kami untukmu wahai
Muhammad. Dan sekarang berhentilah kamu dari mencela tuhan-tuhan kami dan
jangan menyebutnya dengan kejelekan. Jika kamu tetap tidak mau, maka kami
tawarkan satu lagi padamu, yaitu perjanjian antara kami dan kamu. Maka Nabi
bertanya, "Apa perjanjianya? Mereka menjawab, "Engkau ikut menyembah
tuhan-tuhan kami selama satu tahun, yaitu pada Latta dan Uzza, setelah itu kami
ikut menyembah tuhanmu selama satu tahun pula". Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla menurunkan
surat ini". [1]
Kemudian
Allah Shubhanahu
wa ta’alla ta'ala melanjutkan firman dengan menegaskan:
﴿ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ
٢ ﴾ [ الكافرون: 2]
"Aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah". (QS
al-Kafiruun: 2).
Maksudanya
aku tidak akan turut menyembah berhala serta tandingan-tandingan -Nya yang kalian miliki.
Sebaliknya Allah Shubhanahu wa ta’alla
juga menegaskan pada mereka dengan mengatakan:
﴿ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ
مَآ أَعۡبُدُ ٣ ﴾ [ الكافرون: 3]
"Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah". (QS al-Kafiruun: 3).
Yaitu Allah yang Maha Esa
tidak sekutu bagi -Nya.
Lalu Allah ta'ala menjelaskan:
﴿ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا
عَبَدتُّمۡ ٤ ﴾ [
الكافرون: 4]
"Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah".
(QS al-Kafiruun: 4).
Maksudnya dimasa yang akan datang
aku tidak akan menyembah sesembahan kalian, artinya aku tidak menempuh tidak
pula meniru cara penyembahan kalian kepada patung-patung tersebut, karena aku
hanya menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla sesuai
dengan apa yang diridhoi dan dicintai oleh -Nya.
Kemudian -Dia
mengatakan dalam ayat berikutnya dengan berfirman:
﴿ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ
مَآ أَعۡبُدُ ٥ ﴾ [ الكافرون: 5]
"Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah". (QS al-Kafiruun: 5).
Maksudnya
kalian tidak usah mengikuti perintah-perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla
serta syari'at -Nya
didalam beribadah. Namun, ibadah yang kalian kerjakan hanyalah inovasi yang
kalian perbuat berdasarkan hawa nafsu dari dalam diri kalian, sebagaimana
disebutkan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ
وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُۖ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ ٢٣﴾ [
النجم: 23]
"Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan
sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka". (QS an-Najm: 23).
Maka
Allah berlepas diri dari mereka didalam semua perbuatan dan aktifitas mereka.
Dikarenakan seorang yang ingin beribadah sudah barang tentu dirinya harus
memiliki sesembahan yang disembahnya terlebih dahulu, setelah itu baru
peribadatannya mengikuti dibelakangnya. Dan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam serta para
pengikutnya mereka semua adalah para menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla sesuai dengan apa yang telah disyari'atkan,
oleh karena itu, kalimat Islam itu baru tersemat manakala dirnya mengucapkan
dua kalimat syahadat: Laa ilaha ilallah, Muhammad Rasulallah.
Artinya
tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Sehingga tidak ada jalan yang dapat mengantarkan kepada -Nya
melainkan jalan yang dibawa oleh Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam. Adapun orang-orang musyrik
maka mereka beribadah kepada selain Allah azza wa jalla didalam peribadatan
yang sama sekali tidak dibenarkan oleh Allah ta'ala. Allah ta'ala menjelaskan
dalam firman -Nya:
﴿ أَمۡ لَهُمۡ شُرَكَٰٓؤُاْ
شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُۚ ٢١ ﴾ [ الشورى: 21]
"Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah?". (QS asy-Syuura: 21).
Selanjutnya Allah ta'ala
menutup surat ini dengan firman -Nya:
﴿ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ
٦﴾ [ الكافرون: 6]
"Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku". (QS al-Kafiruun:
6).
Ayat ini senada dengan firman
Allah ta'ala dalam surat lain, yaitu:
﴿ وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي
عَمَلِي وَلَكُمۡ عَمَلُكُمۡۖ أَنتُم بَرِيُٓٔونَ مِمَّآ أَعۡمَلُ وَأَنَا۠ بَرِيٓءٞ
مِّمَّا تَعۡمَلُونَ ٤١ ﴾ [ يونس: 41]
"Jika mereka mendustakan
kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu
berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap
apa yang kamu kerjakan". (QS Yunus: 41).
Dan semakna pula dengan firman
Allah tabaraka wa ta'ala dalam ayat ini:
﴿ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ
أَعۡمَٰلُكُمۡ ٥٥ ﴾ [
القصص: 55]
"Bagi Kami amal-amal kami
dan bagimu amal-amalmu". (QS al-Qashash: 55).
Imam
Bukhari menjelaskan, "Dikatakan dalam ayat ini, "Untukmu agamamu".
Agama kafir, "Dan untukku agamaku". Yaitu agama Islam. Dan
idak dikatakan dalam ayat: دِينيِ . karena mengacu pada
ayat-ayat sebelumnya yang berakhiran huruf nun dan dihilangkan huruf ya'. Hal
ini semisal firman Allah ta'ala yang bunyinya فَهُوَ يَهۡدِينِ . Dalam surat asy-Syu'araa:
78". [2]
Pelajaran
yang bisa kita petik dari surat ini:
Pertama:
Didalam surat terkandung penjelasan tentang pentingnya ikhlas kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam
ibadah serta tidak berbuat syirik kepada -Nya. Sebagaimana hal ini
didukung oleh firman Allah Shubhanahu wa ta’alla lainnya,
yaitu:
﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
١٦٣ ﴾ [
الأنعام: 162-163]
"Katakanlah: Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tidak ada sekutu bagi -Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)". (QS al-An'am: 162-163).
Kedua:
Berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya. Sebagaimana dijelaskan oleh
Allah ta'ala tentang Nabi -Nya Ibrahim 'alaihi sallam
yang berlepas diri terhadap mereka. Allah ta'ala firman -Nya:
﴿ قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ
حَسَنَةٞ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِهِمۡ إِنَّا
بُرَءَٰٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا
بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةُ وَٱلۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ
بِٱللَّهِ وَحۡدَهُۥٓ ٤ ﴾ [ الممتحنة: 4]
"Sesungguhnya telah ada suri
tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;
ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri
daripada kamu dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja". (QS
al-Mumthanah: 4).
Ketiga: Menerangkan pada kenyataannya bahwa orang kafir,
yang mereka inginkan dari orang muslim ialah bersikap lunak, menjilat serta
menipu didalam cara beragamanya. Akan tetapi, bagi tiap muslim
dirinya harus punya prinsip dan teguh pendirian serta istiqomah, sebagaimana
diterangkan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿ وَدُّواْ لَوۡ تُدۡهِنُ فَيُدۡهِنُونَ
٩ ﴾ [ القلم: 9]
"Maka mereka menginginkan
supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)".
(QS al-Qolam: 9).
Dan lebih tegas lagi, kita
dilarang bersikap lembek terhadap mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat
lain, Allah ta'ala berfirman:
﴿ وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى
ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ ١١٣ ﴾ [ هود: 113]
"Dan janganlah kamu
cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api
neraka". (QS Huud: 113).
Allah ta'ala juga menjelaskan
dalam beberapa ayat tentang hal ini, -Dia
berfirman:
﴿ وَلَوۡلَآ أَن ثَبَّتۡنَٰكَ
لَقَدۡ كِدتَّ تَرۡكَنُ إِلَيۡهِمۡ شَيۡٔٗا قَلِيلًا ٧٤ إِذٗا لَّأَذَقۡنَٰكَ ضِعۡفَ ٱلۡحَيَوٰةِ
وَضِعۡفَ ٱلۡمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيۡنَا نَصِيرٗا ٧٥ ﴾ [ الإسراء: 74-75]
"Dan kalau Kami tidak
memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan)
berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah
mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami". (QS
al-Israa': 74-75).
Keempat: Sebagian ulama menyangka jika ayat ini mansukh (dihapus
hukumnya) dengan ayat pedang (istilah ayat yang berisikan perintah jihad)
disebabkan keyakinan mereka kalau ayat ini terkandung didalamnya pengakuan
terhadap agama yang dianut oleh orang-orang kafir.
Sebagian kalangan lagi mengira bahwa surat ini
hukumnya khusus bagi siapa saja yang menetapkan agamanya dan mereka adalah dari
kalangan ahli kitab. Imam Ibnu Qoyim membantah dua pendapat di atas sambil
menjelaskan, "Dan kedua pendapat
diatas sangat keliru sekali, karena surat ini tidak di mansukh bukan
pula dibawa pada hukum khusus. Namun, yang benar surat ini
tetap muhkamah (terus berlaku hukumnya) serta terjaga isi kandungannya
dari makna keumuman.
Dan surat ini termasuk dari surat yang tidak mungkin
masuk naskh didalam isi kandungan globalnya, karena hukum-hukum yang
berkaitan tentang tauhid yang telah disepakati sebagai muatan dakwahnya para
Rasul juga mustahil masuk naskh didalamnya. Sebab
surat ini menunjukan tentang kemurnian tauhid, oleh sebab itu surat ini juga
dinamakan sebagai surat ikhlas sebagaimana telah lalu penjelasannya.
Sehingga sangatlah tidak mungkin, jikalau ayat ini
mengandung pengakuan terhadap perbuatan mereka, atau menetapkan terhadap agama
yang mereka anut, sama sekali tidak ada sisi yang mengarah pada hal itu,
selamanya. Dikarenakan, Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam semenjak memulai dakwahnya senantiasa dirinya serta para
pengikutnya berlaku keras terhadap kafir Quraisy dengan mencela dan menjelekkan
agama mereka serta melarang supaya tidak mengikuti ajaran agama kafir. Sambil
mengancam serta menakut-nakuti mereka pada setiap saat, dan setiap
perselisihan.
Yang mana mereka memohon supaya kaum muslimin menahan
tidak menyebut kejelekan atas sesembahan yang mereka buat, tidak menyebut
keburukan agamanya serta meminta supaya ditinggalkan urusannya supaya dibiarkan
jangan diganggu. Namun, beliau tidak menuruti dan tetap
mengingkari serta mencela agama yang mereka anut. Lantas bagaimana dikatakan
kalau ayat ini terkandung didalamnya bentuk pengakuan terhadap apa yang mereka
lakukan. Sungguh sangat jauh persangkaan yang bathil ini!? karena yang sejalan,
bahwa ayat ini menerangkan kandungan bentuk berlepas diri secara murni
sebagaimana telah lewat penjelasannya.
Yaitu, bahwa apa yang sekarang sedang kalian kerjakan
dari kegiatan keagamaan kami sama sekali tidak menyetujuinya, sebab agama
kalian adalah agama yang tidak benar. Maka hal ini khusus bagi
kalian kami tidak turut serta didalam keagamaan kalian, demikian pula, tidaklah
kalian ikut serta dalam beragamanya kami yang benar ini.
Inilah
bentuk berlepas diri yang paling sempurna dan bebas dari persetujuan terhadap
agama mereka secara sempurna, lantas, dimana bentuk pengakuannya? Sampai
akhirnya mengklaim ayat ini dinasikh atau berlaku secara khusus. Tidakkah
kalian berpendapat jika mereka diperangi dengan pedang sebagaimana diperanginya
dengan menggunakan hujah, tidak dibenarkan untuk berdalil dengan mengatakan:
﴿ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ
٦﴾ [ الكافرون: 6]
"Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku". (QS al-Kafiruun: 6).
Namun,
ayat ini tetap muhkam dan tegas yang menunjukkan hukum pada orang-orang
beriman dengan orang-orang kafir sampai Allah Shubhanahu wa ta’alla mensucikan
hamba dan negeri -Nya dari keburukan mereka.
Begitu pula masuk dalam hukum berlepas diri ini ialah antara orang-orang yang
mengikuti sunah-sunah Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersama dengan ahli bid'ah dari kalangan orang-orang yang
menyelisihi apa yang dibawa oleh beliau. Demikian pula berlepas diri dari para
penyeru kepada selain sunahnya.
Dan
jika para penerus serta pewaris Rasul mengatakan pada mereka, "Bagi kalian
agama kalian dan bagi kami agama kami". Maka ini tidak melegalitas sebagai
bentuk pengakuan terhadap bid'ah yang mereka lakukan, bahkan mereka mengatakan
kepada ahli bid'ah tadi, inilah bentuk berlepas diri dari mereka serta
perbuatan bid'ahnya. Namun, bersamaan dengan ini mereka tetap berusaha untuk
membantah serta memerangi mereka sebatas kemampuannya".[3]
Kelima:
Penjagaan Allah Shubhanahu
wa ta’alla terhadap nabi -Nya
agar tidak terjatuh pada peribadahan terhadap berhala, Serta bentuk tidak
mengabulkan usulan batil orang-orang kafir.
Akhirnya
kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga
Allah Shubhanahu wa
ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar