KEAJAIBAN
AYAT KURSI
Syaikh
Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr حفظه الله
Publication 1433 H/
2012 M
KEAJAIBAN AYAT KURSI
Diringkas oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron حفظه الله dari risalah
Syaikh Abdurrozzaq al-Badr حفظه الله yang berjudul
Ayatul Kursi wa Barahinut Tauhid.
KEAJAIBAN AYAT KURSI
Diringkas oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron حفظه الله dari risalah
Syaikh Abdurrozzaq al-Badr حفظه الله yang berjudul
Ayatul Kursi wa Barahinut Tauhid.
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10
Th. ke-11_1433H/2012M
TEKS
AYAT KURSI
اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ
وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي
يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا
خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ
كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Agung. (QS. al-Baqarah [2]: 255)
KEAGUNGAN
AYAT KURSI
Ayat
ini sungguh amat besar dan tinggi kemuliaannya. Tidak ada satu ayat pun yang
bisa menandinginya, seperti yang disebutkan hadits yang
shahih:
عَنْ
أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي
أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: قُلْتُ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ
كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: قُلْتُ اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ قَالَ: فَضَرَبَ فِي صَدْرِي
وَقَالَ: وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
Dari
Ubay bin Ka'ab رضي الله عنه dia berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bertanya, 'Hai Abu Mundzir (panggilan Ubay bin Ka'ab,
Ed.), tahukah kamu ayat al-Qur'an yang menurutmu paling agung?' Saya
(Ubay bin Ka'ab) menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bertanya lagi, 'Hai Abu Mundzir, tahukah kamu ayat al-Qur'an
yang menurutmu paling agung?' Saya menjawab, 'Yaitu ayat yang berbunyi: Dialah Allah tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup, Yang
Berdiri Sendiri.' (QS. al-Baqarah [2]: 255). Kemudian Rasulullah
صلى الله عليه وسلم menepuk dada saya sambil berkata, 'Demi Allah, ilmumu sungguh
dalam hai Abu Mundzir." (HR. Muslim no. 810)
Maksudnya,
semoga Allah عزّوجلّ menyenangkanmu (wahai Ubay bin Ka'ab رضي الله عنه) dengan ilmu ini dan memberi karunia dengan ilmu ini. Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersumpah atas jawaban Ubay رضي الله عنه karena keagungan ayat ini.
Di
antara keunggulan pemahaman Ubay رضي الله عنه ini, tatkala Rasulullah صلى الله عليه وسلم menanya, bersegeralah Ubay رضي الله عنه mencari ayat yang mengkhususkan tauhid Allah عزّوجلّ yang menetapkan kebesaran kekuasaan Allah عزّوجلّ dan kesempurnaan sifat-Nya, sehingga manusia memahami bahwa
hanya Allah عزّوجلّ yang berhak disembah. Ini menunjukkan kesempurnaan kefaqihan
sahabat Ubay رضي الله عنه. Dia tidak menyebutkan ayat yang berkenaan dengan akhlak yang
mulia atau cabang-cabang hukum atau berita keadaan umat yang lalu atau teror
hari Kiamat atau semisalnya, tetapi memilih ayat yang berkenaan dengan tauhid
... dan seterusnya.
Kemuliaan
sahabat Ubay رضي الله عنه misalnya: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bersumber
dari Anas bin Malik رضي الله عنه dia berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda kepada Ubay bin Ka'ab رضي الله عنه:
إِنَّ
اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ قَالَ آللَّهُ سَمَّانِي لَكَ قَالَ
اللَّهُ سَمَّاكَ لِي قَالَ فَجَعَلَ أُبَيٌّ يَبْكِي
'Hai
Ubay, sesungguhnya Allah telah memerintahku untuk membacakan Surah al-Bayyinah
kepadamu.' Ubay bertanya, 'Apakah Allah menyebutkan nama saya kepada engkau ya
Rasulullah?' Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab, 'Ya.' Lalu Ubay langsung menangis." (HR. Muslim 2/195)
... dan seterusnya.
TAUHID
ILMU YANG PALING TINGGI
Mengingat
ilmu tauhid memiliki kedudukan yang paling tinggi, maka Ayat Kursi paling tinggi
kedudukannya bila dibanding dengan ayat yang lain, suratnya pun paling mulia.
Ayat al-Qur'an dan surat-suratnya memang memiliki kelebihan satu sama lain,
tetapi ditinjau dari sisi bacaan dan maknanya, bukan dari sisi Dzat yang
berbicara.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata, "Hendaknya kita memahami bahwa keutamaan ayat al-Qur'an
satu sama lain berbeda, tetapi bukanlah disandarkan kepada yang Dzat yang
berbicara, karena Allah عزّوجلّ itu satu. Bila kita tinjau dari sisi lafazh dan artinya tentu
ada perbedaan, sebagaimana keterangan hadits yang shahih bahwa Rasulullah
صلى الله عليه وسلم melebihkan
keutamaan Surat al-Fatihah daripada surat lainnya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّهُ
لَمْ يَنْزِلْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الْقُرْآن
مِثْلُهَا
'Sesungguhnya
Allah tidaklah menurunkan ayat di dalam kitab Taurat, kitab Injil, dan kitab
al-Qur'an semisal Surat al-Fatihah.' (HR. Tirmidzi
no.2875)
Ayat
Kursi juga lebih utama daripada ayat yang lain, seperti keterangan hadits
kisahnya Ubay رضي الله عنه, jawaban beliau:
وَاللَّهِ
لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
“Demi
Allah, ilmumu sungguh dalam hai Abu Mundzir.”1
Ibnul
Qayyim رحمه الله berkata, "Perlu diketahui bahwa pembicaraan Allah عزّوجلّ yang menjelaskan tentang diri-Nya, sifat-sifat-Nya, dan
keesaan-Nya lebih mulia dan utama daripada pembicaraan Allah عزّوجلّ yang menjelaskan musuh-Nya dan sifat-sifat jelek mereka. Oleh
karena itu, Surat al-Ikhlash lebih utama daripada Surat al-Masad (al-Lahab),
Surat al-Ikhlash menyamai sepertiga al-Qur'an daripada yang lain, demikian juga
Ayat Kursi paling utamanya ayat al-Qur'an." (Syifaul Alil karya Ibnul
Qayyim 2/774)
1.
Jawabu
Ahlil Ilmi wal Iman bi Tahqiqi Rasululurrahman min Ana "Qul Huwallahu Ahad"
Takdilu Tsulutsal Qur'an.
kar. Ibnu Taimiyah hlm. 133
ANJURAN
MEMBACA AYAT KURSI
Karena
mulianya Ayat Kursi ini, Nabi صلى الله عليه وسلم menganjurkan agar kita sering membaca bahkan beliau
menjadikannya wirid orang muslim setiap harinya dan hendaknya dibaca
berulang-ulang:
1. Sunnah membaca membaca Ayat Kursi setiap
selesai shalat wajib.
Diriwayatkan
oleh Imam Nasai, dari Umamah رضي الله عنه dia berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ
قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ، لَمْ يَمْنَعْهُ
مِنْ دُخُوْلِ الْـجَنَّة إِلاَّ أَنْ يَمُوْتُ
"Barangsiapa setelah shalat wajib membaca Ayat Kursi, tidak ada
yang menghalangi dia masuk surga melainkan bila dia meninggal dunia."1
Ibnul
Qayyim رحمه الله berkata, "Kami mendengar berita dari syaikh kami, Abul Abbas
Ibnu Taimiyah—semoga Allah menyucikan rohnya—dia berkata, 'Saya tidak pernah
meninggalkan membaca Ayat Kursi ini setiap selesai shalat.'" (Zadul Ma'ad
1/304)
2. Sunnah membaca Ayat Kursi sebelum
tidur.
Barangsiapa
yang membacanya sebelum tidur, Allah عزّوجلّ menjaga dirinya dari gangguan setan sampai waktu
subuh.
Abu
Hurairah رضي الله عنه berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم menugasiku untuk menjaga harta zakat. Lalu pada suatu hari ada
seseorang yang menyusup hendak mengambil makanan, maka aku pun menyergapnya
sambil berkata, Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada Rasulullah
صلى الله عليه وسلم. Lalu orang itu bercerita dan berkata, 'Jika kamu hendak
beranjak ke tempat tidur maka bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa
menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi.' Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Ia telah berkata benar kepadamu, padahal ia adalah
pendusta. Si penyusup tadi sebenarnya adalah setan.'" (HR. Bukhari no.
2311)
1.
Amalul
Yaumi wal Lailah
no. 100, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' no.
6464
3. Sunnah membaca Ayat Kursi di waktu pagi dan
petang.
Dari
Ubay bin Ka'ab رضي الله عنه, dia punya baskom berisi kurma, tiba-tiba berkurang, lalu malam
hari dia menjaganya, tiba-tiba ia menjumpai hewan seperti anak akil baligh, dia
menyampaikan salam, lalu dijawabnya, lalu dia menanya, "Kamu itu siapa? Kamu itu
jin apa manusia?" Dia menjawab, "Saya dari golongan jin." Dia berkata, "Ulurkan
tanganmu kepadaku." Lalu dia mengulurkan tangannya, tiba-tiba tangan dan bulunya
berupa tangan dan bulu anjing. Dia berkata, "Inilah penciptaan jin." Dia
berkata, "Jin itu tahu bahwa tidak ada di kalangan mereka yang lebih dewasa
daripada saya." Ubay رضي الله عنه bertanya, "Mengapa kamu datang kemari?" Dia menjawab, "Ada
berita bahwa kamu senang bersedekah, maka kami datang ingin mengambil
makananmu." Dia menanya, "Bagaimana kami bisa selamat dari gangguanmu?" Jin itu
berkata, "Ini ayat Surat al-Baqarah (Ayat Kursi) barangsiapa yang membacanya
pada waktu petang dia akan selamat dari gangguan kami sampai waktu subuh, dan
barangsiapa yang membacanya pagi hari maka dia akan selamat dari gangguan kami
sampai petang. Setelah shalat Subuh Ubay رضي الله عنه menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan bercerita, lalu beliau menjawab, "Memang benar perkataan
makhluk yang jahat itu."1
Hadits
ini dan sebelumnya menunjukkan betapa besar pengaruh dan manfaat Ayat Kursi,
dapat menjaga diri dari gangguan setan dan mengusirnya di mana saja mereka
berada, dan benteng pertahanan diri dari semua gangguan dan kejahatan mereka.
Apabila ayat ini dibaca ketika setan sedang beraksi maka ayat ini penangkalnya,
sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله di beberapa kitabnya: Di dalam kitab al-Furqan beliau
berkata, "Jika kamu membaca Ayat Kursi ini dengan benar benar memahami maknanya
dan jujur mengamalkannya, tipu daya setan pasti gagal, karena tauhid pengusir
setan." (al-Furqan Baina Auliyaur Rahman wa Auliyausy Syaithan hlm. 146)
Di
dalam kitab Qa'idah Jalilah fit Tawassul wal Washilah beliau berkata,
"Membaca Ayat Kursi dengan memahami artinya, maka pada saat membacanya akan
pergi penjahat di bumi atau tersembunyi." (Qa'idah Jalilah hlm. 28)
Beliau
juga berkata, "Orang yang kuat iman dan ikhlas beribadah kepada Allah, setan
tidak mampu menggodanya. Oleh karena itu, setan atau makhluk halus akan keluar
dari rumah yang di dalamnya dibaca Surat al-Baqarah, Ayat Kursi, akhir Surat
al-Baqarah, dan lainnya. Jin ada yang pekerjaannya mencuri berita di langit lalu
dikabarkan kepada dukun dan peramal. Pada zaman itu, paranormal dan dukun memang
menyebar di negeri Arab. Tatkala tauhid tampak merajalela maka setan pergi.
Mereka gagal membuat makar, atau berkurang jumlah-nya, kemudian setan ini
menampakkan dirinya di berbagai tempat yang penduduknya kurang kuat tauhidnya."
(an-Nubuwwat 1/280)
Beliau
juga berkata, "Tipu daya setan pasti gagal dan tidak berdaya ketika nama Allah
disebut, tauhid diamalkan, ayat al-Qur'an dibaca, apalagi yang dibaca adalah
Ayat Kursi. Ini semua membatalkan tukang sulap setan." (an-Nubuwwat
1/283)
1.
HR.
Nasai dan Tabrani; dishahihkan oleh Imam Albani dalam Shahihut Targhib
1/418
AYAT
KURSI TIDAK CUKUP HANYA DIBACA
Ayat
Kursi ini tidak cukup hanya dibaca, teta-pi harus dipahami maknanya. Apabila
Allah عزّوجلّ mengharuskan kita memahami ayat al-Qur'an secara umum (baca
Surat an-Nisa' [4]: 82) maka bagaimana dengan Ayat Kursi, paling mulianya ayat
al-Qur'an, jika hanya dibaca maka tentu tidak berpengaruh atau sedikit
manfaatnya; bukankah Syaikhul Islam berkata "Ash-shidqu benar benar
memahami maknanya", beliau berulang kali menyebutnya, mengingatkan kepada
pembaca bahwa hanya dengan membaca dia tidak dapat meraih apa yang ia inginkan
... dan seterusnya.
Perlu
kami sampaikan kepada Anda keterangan singkat petunjuk Ayat Kursi ini, semoga
Anda dapat memahaminya:
Pertama:
الْحَيُّ
Maksudnya
Dia Maha Hidup. Ini bukti yang jelas, bahwa
kita wajib beribadah kepada Allah عزّوجلّ saja, karena Dia menyifati diri-Nya hidup yang kekal, tidak akan
mati, hidup yang sempurna, bukan diawali dengan tidak ada, dan bukan diakhiri
dengan tidak ada, tidak ada kekurangan dan cacatnya, Maha Tinggilah pencipta
kita, dan Maha Suci dan hidup yang pasti sempurna sifat-Nya. Tidak layak siapa
pun beribadah, rukuk dan sujud melainkan hanya kepada Allah عزّوجلّ, seperti firman Allah عزّوجلّ:
وَتَوَكَّلْ
عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
Dan
bertawakallah kepada Allah yang Maha Hidup (kekal) yang tidak mati. (QS.
al-Furqan [25]: 58)
Adapun
hidup yang nanti akan mati, atau mati, atau benda padat yang tidak memiliki
sifat hidup, mereka tidak punya hak untuk disembah, karena ibadah haknya Allah
Yang Maha Hidup tidak akan mati.
Kedua:
الْقَيُّومُ
Maksudnya:
Dia mengurusi diri-Nya sendiri dan mengurusi semua
makhluk-Nya, semua sifat yang menunjukkan pekerjaan kembali kepada nama
ini, ini menunjukkan sempurnanya kecukupan Allah عزّوجلّ, Dia tidak butuh kepada makhluk-Nya, bahkan sebaliknya hamba
yang membutuhkan. Seperti firman-Nya:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ
الْحَمِيدُ
Hai
manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir [35]: 15)
Dan
seperti hadits qudsi Allah عزّوجلّ berkata:
إِنَّكُمْ
لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي
فَتَنْفَعُونِي
"Hai
hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan marabahaya sedikit pun
kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian
tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada-Ku, tetapi kamu merasa
dapat melakukannya." (Muslim 8/17)
Allah
عزّوجلّ Maha Kaya dengan sendirinya. Dia tidak membutuhkan sedikit pun
kepada makh-luk-Nya dalam semua urusan...
Nama
الْقَيُّومُ menunjukkan maha sempurna kemampuan dan pengaturan Allah
عزّوجلّ kepada semua makhluk-Nya juga. Semua makhluk-Nya pasti butuh
kepada Allah عزّوجلّ, tidak sekejap mata pun yang tidak butuh kepada Allah
عزّوجلّ; arasy, kursi, langit dan bumi, gunung, pohon, manusia dan hewan
semua butuh kepada Allah عزّوجلّ sebagaimana firman-Nya; Surat ar-Ra'du: 32, Fathir: 41,15,
ar-Rum: 35. Semua kandungan ayat ini kembali kepada nama-Nya الْحَيُّ dan الْقَيُّومُ, bahkan semua asmaul husna kembali kepada dua nama
ini juga. Para ahli ilmu berkata, "Barangsiapa yang berdo'a dengan menyebut dua
nama ini do'anya akan dikabukan, karena dua nama ini disebut yang paling awal
... dan seterusnya.
Ketiga:
Firman-Nya
لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
"Allah عزّوجلّ tidak mengantuk dan tidak tidur."
Mengantuk itu permulaan tidur, sedangkan tidur sudah dimaklumi
(pengertiannya). Allah عزّوجلّ membersihkan diri-Nya dari dua sifat yang 'tercela' ini karena
Dia memiliki sifat hidup yang sempurna dan kepengurusan-Nya yang sempurna juga.
Berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, sifat hidupnya akan berakhir, serba
mengalami kekurangan, mereka perlu istirahat karena capek bekerja, tidaklah
mereka tidur melainkan karena merasa capek dan berat memikul beban. Dengan tidur
mereka merasa lelahnya berkurang, mereka butuh tidur karena mereka memiliki
sifat lemah segala-galanya, mereka mengantuk, capek, lelah, dan sakit, maka
bagaimana makhluk yang serba kurang ini disembah, dimintai rezeki, agar menolak
bala, dan agar menyembuhkan penyakit? ... dan seterus-nya. Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ
الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ
النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ
النُّورُ
"Sesungguhnya Allah عزّوجلّ tidak pernah tidur dan Dia tidak akan tidur, Dia mengurangi dan
menam-bah pembagian (balasan amal), amal di malam hari disampaikan kepadanya-Nya
sebelum amal siang hari, dan amal siang hari disampaikan kepada-Nya sebelum amal
malam hari. Hijab-Nya adalah cahaya." (Muslim no. 179
1/111)
Keempat:
Firman-Nya:
لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ
Maksudnya
hanya Allah عزّوجلّ Yang
Maha memiliki semua yang ada di langit dan di bumi.
Adapun makhluk tidak memiliki sesuatu pun (baca Surat Saba' [34]: 22). Selain
Allah عزّوجلّ tidak ada yang memiliki sebiji sawi dengan sendirinya atau
dengan berserikat, tidak satu pun manusia yang memiliki sesuatu melainkan itu
miliknya Allah عزّوجلّ (silakan baca Surat Ali 'Imr?n [3]: 26). Apa yang dimiliki oleh
manusia pasti akan lenyap, dengan kematiannya, atau pada masa hidupnya hartanya
hancur karena musibah, se-perti kisahnya orang yang punya kebun dia ingin
mengetamnya lalu terbakar hangus (baca Surat al-Qalam [68]: 17-23). Dengan
demikian kita tahu bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah عزّوجلّ. karena hanya Dia yang Maha memiliki segala
sesuatu.
Kelima:
Firman-Nya:
مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Maksudnya:
Tidak seorang pun yang mampu memberi syafa'at atau
pertolongan melainkan atas izin Allah عزّوجلّ, karena hanya Allah عزّوجلّ pemiliknya. Siapakah yang mampu mengatur milik-Nya dan yang
berbuat sesuatu tanpa izin-Nya? Tentu tidak ada. Semua syafa'at milik Allah
عزّوجلّ. Firman-Nya:
قُل
لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً
Katakanlah:
"Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya." (QS. az-Zumar [39]:
44)
Oleh
sebab itu, syafa'at-Nya tidak bisa diminta kecuali dengan izin-Nya (baca Surat
Saba' [34]: 23) dan tidak pula bisa diberikan melainkan kepada orang yang
diridhai-Nya (baca Surat an-Najm [53]: 26)
Walaupun
Rasulullah صلى الله عليه وسلم memiliki kedudukan tinggi dan terpuji pada hari Kiamat, beliau
tidak mampu memintakan syafa'at untuk umatnya melainkan setelah mendapatkan izin
Allah عزّوجلّ. Bukankah Allah عزّوجلّ berkata kepada beliau:
ارْفَعْ
رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
"Hai Muhammad, angkatlah kepalamu; katakanlah, engkau akan
didengar; dan mintalah syafa'at, engkau akan diberi syafa'at." (HR. Bukhari no.
6956)
Selanjutnya,
tidak semua orang bisa memintakan syafa'at di sisi Allah عزّوجلّ dan tidak semua orang meraih syafa'at-Nya, tetapi syafaat ini
khusus untuk ahli tauhid yang bersih dari perbuatan syirik, sebagaimana dalam
Shahih Imam Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dia bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم "Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling
berbahagia dengan syafa'atmu pada hari Kiamat?' Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab:
لَقَدْ
ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ
أَوَّلُ مِنْكَ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
'Aku
telah menduga, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam
menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap
hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari Kiamat adalah
orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan
ikhlas dari hatinya atau jiwanya.' " (HR. Bukharino. 97) ... dan
seterusnya.
Bukti
kebenaran sabda beliau ini menolak prinsip aqidah orang musyrik yang memalingkan
hak Allah عزّوجلّ kepada selainnya. Mereka menduga bahwa wali dan lainnya mampu
mendekatkan diri mereka kepada Allah عزّوجلّ (baca firman-Nya dalam Surat Yunus [10]: 18 dan Surat az-Zumar
[39]: 3). Mereka beribadah, memohon, menyampaikan hajatnya, menolak bahaya,
bernadzar, dan menyembelih kepada mayit, batu, pohon, dan lainnya. Mereka
berkeyakinan bahwa sembahan mereka mampu mendengar do'a mereka, menjawab dan
mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Padahal ada tiga pembagian
syafa'at yang mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu, yaitu: tidak ada syafa'at
kecuali dengan izin Allah عزّوجلّ, tidak ada syafa'at kecuali (bagi) orang yang diridhai oleh
Allah perkataan dan perbuatannya, sesungguhnya Allah عزّوجلّ tidak ridha melainkan kepada ahli
tauhid.
Keenam:
Firman-Nya:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Maksudnya:
Ilmu Allah عزّوجلّ meliputi perkara yang lampau dan yang akan datang, Dia
mengetahui yang sudah terjadi dan yang akan terjadi, ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu, dan menghitungnya.
Mana mungkin Dia tidak tahu, sedang-kan semua makhluk Dialah yang
menciptakan-nya, seperti firman-Nya:
أَلَا
يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Apakah
Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. al-Mulk [67]:
14)
Dialah
yang menciptakan semua makhluk dan yang mewujudkannya, Dialah yang Maha
Mengetahui semua urusan makhluk-Nya (silakan baca Surat al-Mulk ayat no.
14).
Ada
kisah: Sebagian orang kafir pada suatu hari berkata, "Saya bisa
menciptakan." Lalu ditanya, "Mana buktinya?" Dia mengambil daging, lalu
dipotong, lalu dicampur dengan kotoran hewan, lalu dimasukkan ke dalam bejana
tertutup rapat, lalu menyuruh orang agar menjaganya selama tiga hari, setelah
itu diserahkan dan dibuka, tiba-tiba bejana itu penuh dengan cacing, lalu dia
berkata, "Ini ciptaan saya." Sebagian orang yang hadir bertanya, "Berapa
jumlahnya?" Dia tidak tahu. Dia ditanya lagi, "Berapa yang jantan dan yang
betina? Dan apakah kamu yang menanggung pangannya?" Dia tidak bisa menjawab.
Lalu dikatakan kepadanya, "Pencipta tentu dia bisa menghitung jumlah ciptaannya,
mengetahui yang jantan dan yang betina, dan mampu menanggung kebutuhan hidupnya,
mengetahui berapa lama dia hidup dan kapan matinya." Akhirnya orang itu diam,
tidak bisa menjawab. (al-Hujjatufi Bayanil Mahajjah lit Taimi
1/130)
Ketujuh
dan Kedelapan: Firman-Nya:
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء
Artinya:
"Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya." Ini menunjukkan kelemahan makhluk,
terbatas ilmu pengetahuannya, tidak memilikinya kecuali sedikit. Allah
عزّوجلّ berfirman:
وَمَا
أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. al-Isra' [17]:
85)
Pertama
kali manusia keluar dari rahim ibu-nya, dia tidak tahu apa apa (seperti
firman-Nya dalam Surat an-Nahl [16]: 78), akan kembali ilmunya menjadi lemah dan
hilang daya ingatan-nya (baca Surat an-Nahl [16]: 70), di tengah perjalanan
hidupnya ilmunya kekurangan dan sering lupa (baca firman-Nya dalam Surat Thaha
[20]: 115).
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda, "Nabi Adam عليه السلام lupa dan lupa pula keturunannya."
Mereka
tidak punya ilmu kecuali apabila Allah عزّوجلّ yang memberi ilmu (baca Surat al-Baqarah [2]: 32, al-'Alaq [96]:
4-5, dan firman-Nya Surat ar-Rahman: 43). Dan do'a beliau:
اللَّهُمَّ
عَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
"Ya
Allah, berilah aku ilmu yang bermanfaat untuk diriku dan berilah aku tambahan
ilmu." (HR. Ibnu Majah no. 3833)
Maka
mereka tidak punya ilmu melainkan apabila Allah عزّوجلّ memberikan taufik dan memudahkannya. ,
Adapun
firman-Nya xxx menunjukkan keesaan Allah عزّوجلّ. Semua perkara yang wujud dengan kehendak-Nya, apa yang
dikehendaki pasti terjadi, yang tidak dikehendaki tidak terjadi, tidak ada daya
dan kekuatan kecuali dengan Allah عزّوجلّ.
Kesembilan:
Firman-Nya:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
Kursi
merupakan makhluk Allah عزّوجلّ yang mulia, Allah عزّوجلّ menyifati luasnya meliputi langit dan bumi.
Kursi, makhluk yang mulia dan besar pula ukurannya. Langit dan bumi bila
dibanding dengan Kursi sungguh amat kecil, demikian juga bila Kursi dibanding
dengan Arasy, Kursi amat kecil. Kita bisa mengetahuinya dengan berita yang
disampaikan oleh Abu Dzar رضي الله عنه dia berkata, "Saya memasuki Masjidil Haram, lalu saya melihat
Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendirian. Saya duduk mendekati beliau, lalu saya bertanya,
'Wahai Rasulullah! Ayat apa yang lebih mulia turun kepada engkau?' Beliau
menjawab, Ayat Kursi, tidaklah langit dan bumi bila dibanding dengan Kursi
melainkan bagaikan lingkaran kecil yang dibuang di padang sahara, sedangkan
kelebihan Arasy bila dibanding dengan Kursi seperti luasnya padang sahara dengan
lingkaran gelang yang kecil.'" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah
1/166 dan Abu Syaikh dalam al-Azhamah, al-Baihaqi dalam al-Asma' wash Shifat
2/300, 301, dan lainnya; dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah
ash-Shahihah no. 109)
Apabila
orang muslim mengetahui besarnva kekuasaan Allah عزّوجلّ ini, tentu dia akan merendahkan diri dan tunduk kepada Allah
عزّوجلّ, dia beribadah hanya kepada-Nya, dia yakin bahwa yang berhak
sembah hanya Allah عزّوجلّ, dan dia tahu juga bahwa orang musyrik tidaklah dia benar benar
mengagungkan Allah عزّوجلّ. Firman-Nya:
وَمَا
قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan
mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. az-Zumar [39]: 67)
Silakan
baca juga Surat Nuh [71]: 13-20.
Maka
di mana akal orang musyrik ini? Mereka melampiaskan ketundukan, pengharapan,
rasa takut dan cintanya kepada makhluk yang kecil dan hina, makhluk itu tidak
mampu mendatangkan manfaat dan tidak mampu menolak bala untuk dirinya, apalagi
untuk orang lain. Mereka enggan beribadah kepada Allah عزّوجلّ Pencipta Yang Maha Agung. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.
|
Slotty Casino Review and Ratings by Real Players - Mapyro
BalasHapusRead the slotty 대전광역 출장안마 casino review and learn about 경상북도 출장샵 the 제주 출장안마 games themes, 1xbet app paylines, 창원 출장안마 features, RTP, features, bonuses, games, and find out more about it.